Komunikasi Produktif hari ke 6: Ayah, sepertinya bajunya bau!

Berbicara tentang berkomunikasi dengan pasangan itu kok rasanya agak-agak rumit gimana gitu yaa. Padahal suami itu kan orang terdekat, tapi yaa seringnya soal komunikasi ini ada saja masalahnya. Apalagi saya yang tipikalnya dari dulu kalau kata orang jawa bilang 'mendem'. Kalau ada yang kurang sreg akan dipendam sendiri sampe akhirnya pada batas tertentu, Duaaar, meledak. Meledaknya pun kadang juga bisa karena hal yang sepele. Tapi karena ada yang lebih dulu dipendam dalam hati makanya keluarnya bisa menjadi-jadi. 

Kenapa selalu dipendam? sepertinya karena saya tipe plegmatis. Lebih suka cari aman, dan malas ribut. "Ah, jangan-jangan nanti kalau disampaikan marah" atau "nanti tersinggung tidak ya?", dan aneka pikiran lain yang ternyaata berakhir menjadi sebuah kalimat "ah, biarkan saja". Tapi, ternyata bukannya sepenuhnya mengikhlaskan, melainkan menyisakan bekas yang diam-diam mengendap di sudut sudut hati yang lama-lama menumpuk. Dan, saya sadari ini tidak baik.

Menyadari hal ini, saya mencoba belajar menyampaikan apa saja kepada suami. Belajar menyampaikan isi hati dari hal-hal yang sederhana. Seperti hari ini misalnya.

Ketika suami selesai berpakaian dan menghampiri saya yang sedang membersamai Aisyah bermain, saya mencium bau yang kurang sedap yang sepertinya berasal dari baju suami. Padahal baju yang dipakainya adalah baju yang baru dipakai atau dicuci. Sempat berfikir sih, disampaikan atau tidak ya. Hal yang sepele dan mungkin tidak penting. Tapi kalau tidak disampaikan, lama kelamaan aromanya cukup mengganggu juga. Dan, akhirnya saya memilih untuk menyampaikan sambil berharap semoga suami tidak tersinggung. Karena baju-baju kami biasanya suami yang mencuci. 

"Yah, itu bajunya kayaknya bau deh"
"Eh  iya yah Mah?" Jawab suami sambil mencium bajunya. "Jadi gimana? ganti aja kali ya? padahal ini masih baru ya?" lanjutnya.
"Iya yah ganti baju aja." Jawab saya.

Lalu suami pun mengganti bajunya dengan baju yang lain. Hal yang sederhana, bukan? Tapi bisa menjadi latihan buat saya pribadi untuk menyampaikan sesuatu pada suami. Selain itu, bayangkan, jika tidak disampaikan, seharian kita harus bertahan dengan aroma yang mungkin mengganggu dan suasana menjadi tidak nyaman. Sehingga kegiatan berkumpul bersama dengan bahagia menjadi terdistraksi. 

ketika saya menanyakan kepada suami apa dia tersinggung ketika saya menyampaikan bajunya bau, ternyata tidak, hanya kepikiran saja kenapa bisa bau, apa karena menjemurnya atau karena apa. Lalu, obrolan kami pun berlanjut. Alhamdulillah, pesan tersampaikan. Kekhawatiran saya tidak terjadi. Memang begitu ya, seringkali pikiran kita yang membuat menjadi rumit. Padahal, kenyataannya tidak.

Tantangan komunikasi kali ini lebih ke diri pribadi, yaitu mengkhawatirkan respon yang muncul dari apa yang disampaikan. Misalnya, apa akan tersinggung atau tidak. Tapi, ternyata tidak ya. Alhamdulillah.

Bintang hari ini?? 🌟🌟🌟🌟🌟 Untuk saya sudah berani menyampaikan dan suami yang sudah menerima dengan terbuka apa yang saya sampaikan.

No comments