Zona 7. Pendidikan Seksualitas. Hari ke-3. Tahapan Pendidikan Fitrah Seksualitas pada Anak.

 Bismillahirrohmaanirrohiim..

Kita lanjutkan lagi yuk pembahasan tentang peran orang tua terhadap perkembangan Fitrah Seksualitas anak ini. 

Cuss..

Tahu ngga sih teman-teman, dikutip dari Buku Fitrah Based Education karya Ustadz Harry Santosa, bahwa ternyata pendidikan Fitrah Seksualitas ini, ada tahapan-tahapannya lho setiap jenjang usianya, jika orang tua bisa memaksimalkan pendidikan ini sesuai dengan tahapan di usianya, inshaaAllah, dengan izin Allah, Fitrah Seksualitas anak akan berkembang secara paripurna.

Bagaimana tahapan tersebut? yuuk kita simak..

1. Usia 0-2 tahun

Dekatkan anak laki-aki dan perempuan dengan ibunya. Pada usia 0-2 tahun, anak masih menyusu pada ibunya. Menyusui adalah pondasi penguatan konsepsi semua fitrah.

2. Usia 3-6 tahun

Pada tahapan ini penguatan konsepsi gender dengan penggambaran positif gender masing-masing. Anak laki-laki dan perempuan harus didekatkan dengan kedua orang tuanya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional.

Kedekatan paralel ini membuat anak seecara imaji mampu membedakan sosok laki-laki dan perempuan, sehingga mereka secara alamiah paham menempatkan dirinya sesuai seksualitasnya, baik cara bicara, cara berpakaian maupun cara merasa, berpikir dan bertindak sebagai laki-laki atau sebagai perempuan dengan jelas.

Indikator keberhasilan pada tahapan ini adalah anak dapat menyebutkan dengan jelas dan bangga dengan gendernya di usia tiga tahun.

3. Usia 7-10 tahun

Anak laki-laki lebih didekatkan kepada ayah, karena di usia ini ego sentrisnya mereda bergeser ke sosio sentris, mereka sudah memiliki tanggung jawab moral, kemudian disaat yang sama ada perintah Sholat.

Ayah mengajak anak laki-laki berperan dan beraktivitas sebagai laki-laki di kehidupan sosialnya, diantaranya adalah sholat berjamaah, bermain dengan ayah sebagai aspek pembelajaran untuk bersikap dan bersosial kelak, serta menghayati peran laki-laki dan peran keayahan di lingkup sosial lainnya. 

Begitu pula dengan anak perempuan didekatkan ke ibunya agar peran keperempuanan dan peran keibuannya bangkit. Ibu mengajak anak perempuan beraktivitas sebagai perempuan di kehidupan sosialnya.

Ibu harus menjadi wanita pertama yang dikenang anak-anak perempuannya dalam peran seksualitas keperempuanannya. ibu pula orang pertama yang harus menjelaskan makna konsekuensi adanya rahim dan telur yang siap dibuahi bagi anak perempuan.

Indikator keberhasilan pada tahap ini, anak laki-laki mengagumi ayahnya dan anak perempuan mengagumi ibunya.

4. Usia 11-14 tahun (pre aqil baligh)

Tahap ini merupakan tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas mulai serius menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan. Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi dimunculkan oleh Allah SWT secara alamiah, anak laki-laki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi pada tahap ini. secara syahwati, mereka sudah tertarik dengan lawan jenis. 

Pada usia ini adalah tahap pengujian eksistensi melalui ujian di kehidupan nyata.

Anak laki-laki didekatkan dengan ibunya agar seorang laki-laki yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis,harus juga memahami secara empati langsung dari sosok wanita terdekatnya, yaitu ibunya, bagaimana lawan jenisnya harus diperhatikan, dipahami, dan diperlakukan dari kacamata perempuan bukan kacamata laki-laki. 

Anak perempuan didekatkan dengan ayahnya agar seorang perempuan yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, harus juga memahami secara empati langsung dari sosok laki-laki terdekatnya, yaitu ayahnya, bagaimana laki-laki harus diperhatikan, dipahami, dan diperlakukan dari kacamata laki-laki bukan kacamata perempuan. 

Indikator keberhasilan pada tahapan ini adalah ibu menjadi sosok wanita pertama yang ideal bagi anak laki-lakinya sekaligus menjadi tempat curhat. Sedangkan ayah menjadi sosok laki-laki pertama yang ideal bagi anak perempuan sekaligus menjadi tempat curhat. 

5. Usia 15 tahun (aqil baligh)

Usia ini adalah tahapan penyempurnaan fitrah seksualitas sehingga berperan keayahbundaan. Pada tahapan ini anak sudah dibebani beban syariah, dan berubah statusnya menjadi mitra orang tua.

Indikator keberhasilan pada tahapan ini, anak sudah siap berperan sebagai ayah dan bunda sejati dengan kemampuan mendidik yang baik.

Lalu.. bagaimana ya jika kita sebagai orang tua melakukan penyimpangan terhadap pendidikan fitrah seksualitas ini? artinya kita tidak melakukan stimulasi yang sesuai dengan usianya.

Contoh kasus penyimpangan pendidikan Fitrah Seksualitas dan akibatnya

Pada usia 7 - 10 tahun, jika anak laki-laki tidak didekatkan dengan ayahnya dan anak perempuan tidak didekatkan dengan ibunya, maka fitrah gender anak tidak tumbuh dengan semestinya dan tidak memahami perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan, misalnya shalat berjamaah ke masjid bagi anak laki-laki bersama ayah dan sebagainya. Selain itu, sosok ideal seorang laki-laki akan tidak utuh pada anak laki-laki dan sosok ideal seorang perempuan akan tidak utuh pada anak perempuan.

Pada usia 10 - 14 tahun, jika anak perempuan tidak didekatkan ke ayah dan ibu tidak dekat dengan anak laki-laki, maka membuat anak tidak memperoleh idola lawan jenis pertama dari orang terdekatnya. Di usia ini penting bagi anak perempuan memahami laki-laki dari sudut pandang laki-laki, dalam hal ini ayahnya. Dan penting bagi anak laki-laki memahami perempuan dari sudut pandang perempuan, dalam hal ini adalah ibunya.

Ya Allah,. mungkin beberapa kasus penyimpangan-penyimpangan yang terjadi saat ini, bisa jadi salah satu penyebabnya adalah tidak optimalnya pendidikan Fitrah seksualitas dalam keluarga. 

Bismillah,, yuk, sahabat kita coba ikhtyarkan, kita mulai dari keluarga kita masing-masing ya..

No comments