Tafsir Surah Al-Baqarah: 45-46. Apakah Khusyu' itu??



Berawal dari ketika saya melihat sebuah acara di televisi yang menampilkan seorang hafidz cilik sedang melafalkan potongan ayat yang dihafalnya. Kemudian, seorang ustadz memberikan komentar “Hati saya merasa tenang mendengarnya. Kamu melafalkan begitu tenang setiap ayatnya. Terasa sekali membacanya dari hati. Inilah yang disebut dengan khusyuk.”

Kemudian beliau melanjutkan “Khusyuk itu bukan berarti, seperti kita sedang sholat, kita lupakan semuanya, kita tidak boleh mendengar apapun. Bukan seperti itu, pada saat khusyuk kita masih bisa mendengar hal lain, kita masing bisa ingat hal yang lain. Seperti rasulullah, ketika menjadi imam beliau masih bisa mendengar suara anak kecil menangis yang kemudian beliau memendekkan  bacaan sholatnya. Khusyuk itu kita tenang tidak tergesa-gesa melakukannya. Kita menikmati ibadah yang kita lakukan. Melakukan ibadah itu dari hati.”

Perkataan ustadz tersebut entah kenapa memenuhi isi kepada saya. Iya, isi kepala saya pun tiba-tiba disibukkan dengan sebuah kata “Khusyu”. Selama ini yang saya tahu, khusyu' dalam sholat itu yang fokus, penuh konsentrasi, dan tidak boleh memikirkan yang lain. Ternyata bukan ini.

Saya mencoba mencari potongan ayat Al-Quran yang menyampaikan tentang 'khusyu'. Dan, saya menemukan dua ayat ini:

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ – ٤٥

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’,”(QS Al-Baqarah: 45)

الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ وَاَنَّهُمْ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ ࣖ - ٤٦

"(yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya." (QS Al-Baqarah: 46)

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah memerintahkan hamba-hambaNya untuk meraih kebaikan di dunia dan akhirat yang mereka dambakan, dengan cara menjadikan kesabaran dan shalat sebagai penolong. 

Kemudian lafal 'وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ' berarti  beban yang sangat berat, اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ "kecuali bagi orang-orang yang khusyuk".

Nah, siapakah orang yang khusyuk ini? Ibnu Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, ia mengatakan: "Yaitu orang-orang yang membenarkan apa yang diturunkan oleh Allah".
Firman Allah Ta'ala dalam ayat selanjutnya (Al-Baqarah ayat 46):

"Yaitu orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Rabb-nya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya".

Ayat ini menyempurnakan kandungan ayat sebelumnya, bahwasanya:
Shalat itu merupakan perkara yang berat kecuali bagi orang yang khusyuk, yaitu orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Rabb-nya. Yakni mengetahui bahwa mereka akan dikumpulkan kepada-Nya pada hari kiamat dan dikembalikan kepada-Nya.

Ustadz Adi Hidayat dalam salah satu ceramahnya pernah mengatakan bahwa khusyu' itu adalah Al-khudlu at-tawadhu. Al-khudlu berarti kepasrahan total, sedangkan At-Tawadhu berarti kerendahan hati. Jadi, 
Khusyu' berarti kepasrahan jiwa dan raga secara total yang disertai kerendahan hati. 
Ya, tentu saja ketika kita meyakini bahwa kita akan menemui Allah dan akan kembali kepada Allah, dan mungkin ini adalah sholat kita yang terakhir sebelum bertemu Allah, maka akan mampu menghadirkan kepasrahan jiwa dan raga serta kerendahan hati dalam sholat kita. 

Setelah membaca ayat ini, membuat saya seolah melihat tayangan bagaimana perjalanan sholat saya selama ini. Khusyuk adalah hal yang sering terlewat.

“Seberapa sering saya melakukan sholat hanya sebatas melakukan gerakan dan melafalkan bacaan sholat saja, bahkan hanya sebagai penggugur kewajiban?”
Padahal sholat adalah dzikrulloh yang dengannya saya sedang bertemu Allah bahkan mampu berdialog langsung kepada Allah. Sholat dengan tenang, jiwa dan raga yang pasrah, serta penuh kerendahan hati menghadap Allah SWT. 

Hal ini pun, membuat saya bertanya-tanya untuk ibadah saya yang lain. Apakah sudah khusyu' menjalankannya?

“Seberapa sering saya bertilawah hanya sekedar aktifitas membaca serangkaian tulisan arab dan mengejar target khataman?”
Padahal membaca Al-Quran adalah dzikrulloh yang dengannya kita membaca surat cinta dari Allah. Yang dengan mengetahui maknanya kita menjadi tahu arah hidup.

“Seberapa sering saya menghafal Al-Quran hanya sekadar menghafal dan mengejar target hafalan?”
Padahal menghafal Al-Quran adalah dzikrulloh yang dengannya kita seolah sedang menjaga kalimat Allah di bumi.

“Seberapa sering saya muroja’ah hafalan Qur’an hanya sekadar agar hafalan saya tidak hilang?”
Padahal muroja’ah hafalan adalah dzikrulloh yang dengannya saya sedang berusaha mengingat kalimat Allah yang mulia.

“Seberapa sering saya beristighfar hanya melafalkan dibibir tanpa meresapi dari hati?”
Padahal beristighfar adalah dzikrulloh yang dengannya kita benar-benar memohon ampun atas tiap detik kita yang tidak terhindar dari dosa. Bahkan, istighfar yang dilakukan pun perlu di-istighfari.

Daan..masih banyak seberapa sering yang lainnya yang hanya berakhir sebagai amalan tanpa makna.

Ya, saya ingin berubah. Saya ingin beribadah dengan khusyu'.

Untuk itu, di bulan ramadhan ini saya ingin menjadikannya sebagai momen perubahan dalam hidup. “Khusyu” menjadi tema bulan Ramadhan saya kali ini. Berlatih untuk lebih khusyu' menjalankan serangkain ibadah di dalamnya, tidak hanya sekadar targetan amalan. Lebih khusyu' dalam mejalankan puasa itu sendiri. Lebih khusyuk dalam melakukan sholat, membaca Al-Quran, menghafalkan Al-Quran dan memurojaahnya, serta khusyu' dalam beristighfar. Menghadirkan jiwa dan raga yang terbaik seolah-olah ini adalah ibadah yang terakhir, sebelum bertemu dengan Allah. Semoga akan membuat ramadhan ini lebih bermakna dalam kualitas ibadah bukan hanya kuantitas amal. Dan berkelanjutan dalam hari-hari setelahnya.

Bismillahirrohmaanirrohiim..



No comments